Bencana di Bener Meriah: Pemerintah Diam, Rakyat Menderita

BENER MERIAH, KABEREH NEWS -- Tiga minggu, Bener Meriah masih terisolasi akibat banjir dan longsor. Posko-posko pemerintah yang seharusnya menjadi pusat informasi dan bantuan, justru tidak memberikan informasi apapun kepada warga sekitar.

Jajaran pemerintah lebih sibuk mengamankan bantuan daripada menyalurkannya kepada warga yang membutuhkan. Banyak data bantuan yang hilang, dan warga merasa tidak percaya dengan pemerintah.

"Sebagai relawan, saya sempat dilarang untuk menyalurkan bantuan tanpa pengetahuan mereka," kata Erwin Gayo, warga Pondok Baru, Bener Meriah.

Bantuan yang dikirim dari luar juga banyak yang hilang, sehingga warga merasa tidak percaya dengan pemerintah. Harga sembako melokjak, dengan beras mencapai Rp 400.000 - Rp 600.000 per karung 15 kg, dan minyak tanah Rp 30.000 - Rp 40.000 per liter.

Cuaca sudah mulai berangsur normal, namun jalanan yang tertimbun longsor masih belum sepenuhnya bersih. TNI telah berusaha membersihkan jalan, namun prioritas masih pada roda dua karena jembatan masih belum dapat dilalui.

Jaringan telpon dan internet masih belum berfungsi, sehingga informasi tentang bencana ini tidak dapat tersebar luas. Warga Bener Meriah meminta bantuan kepada dunia internasional untuk membantu mereka dalam pemulihan bencana ini.

"Kami masyarakat Bener Meriah menyampaikan ke seluruh mata dunia, kami baik-baik saja, hanya regulasi dan kepemerintahan yang tidak baik-baik saja," kata Erwin Gayo.

Kontak Penulis :
Erwin Gayo
Warga Pondok Baru, Bener Meriah
HP/WA: 0811229090

0/Post a Comment/Comments