HARGAILAH PENGORBANAN BURUH UNTUK MEMPERKAYAMU WAHAI PENGUSAHA

Oleh :
T.M. Jamil, Dr, Drs, M.Si
Associate Profesor
Universitas Syiah Kuala.


Selamat Hari Buruh, 01 Mei 2024.
INILAH Realitasnya di sekitar kita. Di Indonesia yang mahal itu gaya hidup orang kaya. Mereka bisa menghabiskan miliaran rupiah untuk sebuah pesta perkawinan atau belanja barang mewah di mal hanya dalam hitungan menit. Sedangkan yang murah adalah upah buruh, yang harus hidup pas-pasan sejak zaman kolonial. Biaya produksi dan persaingan bisnis adalah alasan yang selalu muncul dibalik upaya mementahkan tuntutan kaum buruh. Misinya adalah tuntutan buruh untuk hidup sejahtera tak boleh dipenuhi karena bisa dan membahayakan keberlangsungan perusahaan.

Dengan kata lain, suka atau tidak, kaum buruh harus mau hidup, tak jauh dari kemiskinan absolut. Lihat saja kehidupan seorang buruh DKI dengan seorang istri dan dua anak. Bila dia berpenghasilan sesuai upah minimun provinsi yaitu Rp. 3,64 juta per bulan, pendapatan per kapita keluarganya adalah sekitar Rp. 910 ribu rupiah per bulan atau Rp. 30 ribu rupiah per hari.

Sedangkan garis kemiskinan di DKI adalah Rp. 593.108 per bulan atau Rp. 19,7 ribu rupiah per hari. Maka mereka cuma bisa menabung sekitar Rp. 10 ribu per hari. Itu pun jika bias dan mau untuk dilakukan. Kebetulan saya tak punya untuk kota ini. Perlu juga dicatat, banyak buruh di sektor formal seperti pelayan toko atau restoran, bernasib sama dengan mereka yang di sektor informal. Mereka harus hidup dengan bayaran di bawah upah minimun yang resmi. Upah mereka ditentukan oleh perhitungan pribadi majikan, tanpa perduli pada peraturan resmi yang berlaku.

Jam kerja mereka juga tak menentu, bahkan bisa jauh lebih panjang dari peraturan yang berlaku. Sialnya, sementara itu kekayaan kaum berduit terus bertumpuk. Menurut Forbes, total kekayaan 50 orang terkaya di Indonesia tahun ini mencetak rekor baru. 

Kekayaan mereka naik tiga miliar dolar AS dibandingkan tahun lalu menjadi 129 miliar dolar AS. Ini menunjukkan bahwa perjuangan kaum buruh untuk memperbaiki nasib masih harus lebih keras. Sebab, meski sering berlagak seperti sinterklas, jangan berharap kaum berduit ini rela berbagi kesejahteraan secara serius.

Tekanan demi tekanan harus diluncurkan baik melalui jalur politik maupun aksi jalanan atau media sosial. Menurut saya, Abaikan saja tudingan bahwa gerakan kaum buruh ditunggangi oleh pihak ketiga. Tudingan itu hanya bentuk ketidakberdayaan diri penguasa dan pengusaha dalam merespon dan memenuhi kebutuhan buruh. Mereka hanya ingin marginalkan peran kaum buruh dalam kehidupan bangsa ini. Sungguh tak bijak dengan cara yang tak berperadaban itu.

Bukankah buruh juga manusia yang butuh untuk menjalani hidup yang normal. Yang penting adalah selalu fokus pada perbaikan kesejahteraan. Ingat, jika buruh bersatu tak bisa dikalahkan. Maka hargailah pengorbanan dan kebaikan hati hati buruh yang telah lama berkorban untuk kekayaanmu wahai para pengusaha. 

Banda Aceh, 01 Mei 2024
Tags

Posting Komentar

0 Komentar
* Please Don't Spam Here. All the Comments are Reviewed by Admin.