Wabup T. Zainal Abidin Ditegur Nenek Tua, Ini Pesannya !

ACEH TIMUR - Di balik kemeriahan upacara HUT Aceh Timur ke-69 dan HUT Korpri ke-54, sebuah kisah sederhana namun sangat menyentuh hati muncul dan menarik perhatian publik. Bukan dari podium, bukan pula dari rangkaian acara seremonia melainkan dari sebuah pertemuan tak terduga antara Wakil Bupati Aceh Timur, T. Zainal Abidin, S.Pd.I., M.H., dengan seorang nenek tua yang datang menghampiri di tengah derasnya hujan. Senin 24 Nov 2025.

Usai mengikuti rangkaian upacara, iring-iringan mobil dinas Wabup T. Zainal tiba-tiba berhenti di sebuah kios kecil pinggir jalan. Hanya untuk membeli air minum sebelum melanjutkan perjalanan menuju Kota Langsa. Namun, dari penghentian sederhana itu, terciptalah sebuah kisah penuh makna yang menggetarkan hati.

Tak lama setelah Wabup turun, tampak seorang nenek tua berjalan perlahan mendekat. Tubuhnya ringkih, mengenakan tudung dan sepatu bot yang basah, bertahan dari hujan yang mengguyur. Dengan bantuan tongkat, ia melangkah pelan namun pasti.

“Assalamualaikum,” sapa sang nenek dengan suara lirih namun penuh kehangatan.

Wabup, yang saat itu didampingi sang istri, Ny. Erni Handayani, segera menjawab salam tersebut. Ada rasa seakan mengenal wajah perempuan tua itu, meski waktu telah mengubah banyak hal.

“Apakah Nak Zainal masih kenal saya?” tanya sang nenek pelan.

“Wajah nenek tidak asing bagi saya,” jawab Wabup, tersenyum lembut.

Nenek itu kemudian mulai menceritakan awal ia mengenal sosok T. Zainal. Dengan suara bergetar namun penuh keyakinan, ia menyebut bahwa ketika T. Zainal Abidin mencalonkan diri sebagai Anggota DPR RI dari Partai Gerindra beberapa tahun lalu, ia tetap memilihnya meski tidak saling mengenal. Bahkan saat ada pihak lain yang datang ke rumahnya meminta memilih kandidat lain, tekadnya tak berubah.

“Saya tetap mencoblos kamu, Nak. Waktu itu saya hanya lihat dari kartu nama yang cucu bawa pulang. Entah kenapa, hati saya yakin kamu orang baik, peduli pada rakyat, dan hatimu lembut. Maka saya pilih kamu,” Tutur sang nenek sambil menunduk, menahan getar emosinya.

Mendengar cerita itu, Wabup terdiam sejenak. Senyumnya mengembang tipis, namun sorot matanya menunjukkan rasa haru. Ia tak menyangka masih ada warga yang mengingatnya dengan ketulusan sedalam itu.

Tergerak melihat kondisi sang nenek, Wabup lalu berkata,
“Nek, mari minum. Kebetulan saya dan istri ingin beli minuman sebelum ke Langsa.”

Nenek itu mengangguk pelan. Wabup lalu memberikan sebotol minuman kepadanya. Tetapi sebelum mereka berpisah, sang nenek memberikan pesan yang begitu kuat dan meninggalkan kesan mendalam.

“Wahai Zainal… kamu sekarang sudah jadi Wakil Bupati, bantulah rakyatmu. Banyak yang susah, mereka menunggu uluran tangan pejabat seperti kamu,” ucap sang nenek.

Ia melanjutkan dengan pesan yang sangat menyentuh hati.

“Ingat, Nak… kalau kamu berbuat baik kepada orang lain, apalagi rakyatmu, Allah akan membalas sepuluh kali lipat kebaikan untukmu dan keluargamu.”

Wabup langsung membalas dengan suara mantap namun lembut.

“Insya Allah, Nek. Saya akan berupaya sekuat tenaga membantu mereka yang membutuhkan. Doakan agar apa yang saya jalankan dan perjuangkan untuk rakyat dipermudah oleh Allah SWT.”

Sebelum kembali ke mobil, Wabup mengambil sebuah amplop berisi uang dan menyerahkannya kepada nenek tersebut.

“Maaf, Nek… ini hanya sedikit untuk membeli makanan atau minuman. Apalagi musim hujan begini, semoga bermanfaat,” Ucap T. Zainal dengan penuh ketulusan.

Sang nenek menggenggam amplop itu erat, lalu berkata.

“Terima kasih banyak, Nak Zainal. Semoga Allah permudah segala urusanmu. Dan saya lihat istrimu sangat sayang dan menjaga kamu, semoga kalian selalu dalam kebaikan.”

Percakapan penuh kehangatan itu harus terhenti ketika mobil rombongan harus kembali melanjutkan perjalanan. Namun kisah sederhana itu meninggalkan kesan yang dalam sebuah pengingat bahwa kepercayaan rakyat tidak selalu lahir dari janji besar, melainkan dari rasa yakin yang tulus dan pertemuan hati yang sederhana.

Momen singkat di tengah hujan itu bukan sekadar pertemuan, melainkan amanah. Sebuah pesan dari seorang nenek jompo kepada pemimpin yang kini dipercaya rakyat, gunakan jabatan sebagai ladang kebaikan.

Dan hari itu, di sebuah kios kecil, di tengah gerimis, dunia menyaksikan bagaimana kemanusiaan menyatukan dua hati yang pernah terhubung oleh secarik kartu nama dan kini terhubung kembali oleh sebuah doa. (*)

Aceh Timur - Di balik kemeriahan upacara HUT Aceh Timur ke-69 dan HUT Korpri ke-54, sebuah kisah sederhana namun sangat menyentuh hati muncul dan menarik perhatian publik. Bukan dari podium, bukan pula dari rangkaian acara seremonia melainkan dari sebuah pertemuan tak terduga antara Wakil Bupati Aceh Timur, T. Zainal Abidin, S.Pd.I., M.H., dengan seorang nenek tua yang datang menghampiri di tengah derasnya hujan. Senin 24 Nov 2025.

Usai mengikuti rangkaian upacara, iring-iringan mobil dinas Wabup T. Zainal tiba-tiba berhenti di sebuah kios kecil pinggir jalan. Hanya untuk membeli air minum sebelum melanjutkan perjalanan menuju Kota Langsa. Namun, dari penghentian sederhana itu, terciptalah sebuah kisah penuh makna yang menggetarkan hati.

Tak lama setelah Wabup turun, tampak seorang nenek tua berjalan perlahan mendekat. Tubuhnya ringkih, mengenakan tudung dan sepatu bot yang basah, bertahan dari hujan yang mengguyur. Dengan bantuan tongkat, ia melangkah pelan namun pasti.

“Assalamualaikum,” sapa sang nenek dengan suara lirih namun penuh kehangatan.

Wabup, yang saat itu didampingi sang istri, Ny. Erni Handayani, segera menjawab salam tersebut. Ada rasa seakan mengenal wajah perempuan tua itu, meski waktu telah mengubah banyak hal.

“Apakah Nak Zainal masih kenal saya?” tanya sang nenek pelan.

“Wajah nenek tidak asing bagi saya,” jawab Wabup, tersenyum lembut.

Nenek itu kemudian mulai menceritakan awal ia mengenal sosok T. Zainal. Dengan suara bergetar namun penuh keyakinan, ia menyebut bahwa ketika T. Zainal Abidin mencalonkan diri sebagai Anggota DPR RI dari Partai Gerindra beberapa tahun lalu, ia tetap memilihnya meski tidak saling mengenal. Bahkan saat ada pihak lain yang datang ke rumahnya meminta memilih kandidat lain, tekadnya tak berubah.

“Saya tetap mencoblos kamu, Nak. Waktu itu saya hanya lihat dari kartu nama yang cucu bawa pulang. Entah kenapa, hati saya yakin kamu orang baik, peduli pada rakyat, dan hatimu lembut. Maka saya pilih kamu,” Tutur sang nenek sambil menunduk, menahan getar emosinya.

Mendengar cerita itu, Wabup terdiam sejenak. Senyumnya mengembang tipis, namun sorot matanya menunjukkan rasa haru. Ia tak menyangka masih ada warga yang mengingatnya dengan ketulusan sedalam itu.

Tergerak melihat kondisi sang nenek, Wabup lalu berkata,
“Nek, mari minum. Kebetulan saya dan istri ingin beli minuman sebelum ke Langsa.”

Nenek itu mengangguk pelan. Wabup lalu memberikan sebotol minuman kepadanya. Tetapi sebelum mereka berpisah, sang nenek memberikan pesan yang begitu kuat dan meninggalkan kesan mendalam.

“Wahai Zainal… kamu sekarang sudah jadi Wakil Bupati, bantulah rakyatmu. Banyak yang susah, mereka menunggu uluran tangan pejabat seperti kamu,” ucap sang nenek.

Ia melanjutkan dengan pesan yang sangat menyentuh hati.

“Ingat, Nak… kalau kamu berbuat baik kepada orang lain, apalagi rakyatmu, Allah akan membalas sepuluh kali lipat kebaikan untukmu dan keluargamu.”

Wabup langsung membalas dengan suara mantap namun lembut.

“Insya Allah, Nek. Saya akan berupaya sekuat tenaga membantu mereka yang membutuhkan. Doakan agar apa yang saya jalankan dan perjuangkan untuk rakyat dipermudah oleh Allah SWT.”

Sebelum kembali ke mobil, Wabup mengambil sebuah amplop berisi uang dan menyerahkannya kepada nenek tersebut.

“Maaf, Nek… ini hanya sedikit untuk membeli makanan atau minuman. Apalagi musim hujan begini, semoga bermanfaat,” Ucap T. Zainal dengan penuh ketulusan.

Sang nenek menggenggam amplop itu erat, lalu berkata.

“Terima kasih banyak, Nak Zainal. Semoga Allah permudah segala urusanmu. Dan saya lihat istrimu sangat sayang dan menjaga kamu, semoga kalian selalu dalam kebaikan.”

Percakapan penuh kehangatan itu harus terhenti ketika mobil rombongan harus kembali melanjutkan perjalanan. Namun kisah sederhana itu meninggalkan kesan yang dalam sebuah pengingat bahwa kepercayaan rakyat tidak selalu lahir dari janji besar, melainkan dari rasa yakin yang tulus dan pertemuan hati yang sederhana.

Momen singkat di tengah hujan itu bukan sekadar pertemuan, melainkan amanah. Sebuah pesan dari seorang nenek jompo kepada pemimpin yang kini dipercaya rakyat, gunakan jabatan sebagai ladang kebaikan.

Dan hari itu, di sebuah kios kecil, di tengah gerimis, dunia menyaksikan bagaimana kemanusiaan menyatukan dua hati yang pernah terhubung oleh secarik kartu nama dan kini terhubung kembali oleh sebuah doa. (*)

0/Post a Comment/Comments