Muda Seudang Aceh Timur Suarakan Tuntutan Keadilan “Tragedi Simpang KKA” Yang Belum Kunjung Datang



KABEREH NEWS | ACEH TIMUR - Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) Muda Seudang Aceh Timur, melalui juru bicaranya, Radja M. Husen, secara tegas menyuarakan tuntutan keadilan terhadap tragedi kemanusiaan yang terjadi di Simpang KKA, Aceh Utara, pada 3 Mei 1999 silam. 


Radja M. Husen menyatakan bahwa tragedi simpang KKA bukan hanya sebuah peristiwa masa lalu, tetapi luka kolektif bangsa Aceh yang membutuhkan penyelesaian secara adil dan bermartabat. Ia menegaskan bahwa negara harus segera ambil sikap, tidak boleh terus-menerus diam dan menutup mata, Seolah-olah mengaggap tidak terjadi apa-apa.


“Kami dari DPW Muda Seudang Aceh Timur menuntut agar negara, melalui Komnas HAM dan institusi hukum terkait, segera menuntaskan penyelidikan terhadap tragedi Simpang KKA dan memastikan pelaku pelanggaran HAM diadili sesuai hukum yang berlaku,” ujar Radja dalam keterangannya. Sabtu, 03/05/2025.


Perlu digarisbawahi, Tragedi Simpang KKA merupakan salah satu pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) terberat dalam sejarah konflik Aceh. Dimana puluhan warga sipil yang tidak bersenjata menjadi korban kebrutalan dan kekerasan aparat. Jelas, tragedi ini menyisakan luka mendalam bagi rakyat Aceh yang hingga kini belum sepenuhnya terobati.


“Hingga hari ini, 3 Mei 2025, sudah 26 tahun berlalu, namun negara masih belum menunjukkan keseriusan dalam menyelesaikan tragedi Simpang KKA. Ini adalah bentuk ketidakadilan yang nyata terhadap para korban dan keluarganya,” Lanjutnya.


Oleh karena itu, Kami menuntut Keadilan dan Pertanggung jawaban Pemerintah pusat untuk benar-benar serius dan segera menuntaskan investigasi dan menyeret para pelaku ke meja hijau.


“Sudah lebih dari dua dekade kami menunggu keadilan. Mereka yang gugur di Simpang KKA bukan sekadar angka, mereka adalah manusia, keluarga kami, bagian dari sejarah Aceh yang tak boleh dilupakan,” ujar Radja.


DPW Muda Seudang Aceh Timur juga menyerukan kepada seluruh elemen masyarakat sipil, tokoh agama, adat, dan pemuda di seluruh Aceh untuk bersatu dalam perjuangan menegakkan keadilan dan hak asasi manusia, agar tragedi serupa tak terulang di bumi Serambi Mekkah.


"Jika keadilan terus diabaikan, luka sejarah ini akan terus menganga. Kami hari ini tidak akan tinggal diam. Kami akan terus bersuara dan beraksi menuntut keadilan hingga ditegakkan,” pungkasnya. (Redaksi)

0/Post a Comment/Comments