Abi Jufri: Ada Tiga Tingkatan Orang Berpuasa, Kamu Berada Dikelas Mana? 

KABEREH NEWS, ACEH TIMUR | Dalam bahasa Arab puasa itu disebut “as-Shiyaam” atau “as-Shaum” yang berarti “menahan”. Setelah kita mengetahui pengertian dan hukum puasa ramadan maka kita juga harus tahu Tingkatan Orang Berpuasa.

Demikian disampaikan Tgk Jufrizal Syarifuddin yang akrab disapa Abi Jufri saat mengisi tausiyah Safari Ramadan Himpunan Ukhwah Arrahmah (HUA) di Masjid Kecamatan Indra Makmur, Jumat (31/3/2023) malam ke sembilan puasa. 

Mengutip pesan Imam Al-Ghazali dalam kitab Ihya Ulumuddin Puasa memiliki tiga tingkat," kata Abi Jufri. 

'Yakni puasanya orang awam, puasanya orang khusus ‎dan puasa khusus buat orang khusus," katanya. 

Berikut Tiga Tingkatan dalam berpuasa, yaitu Shaumul umum, shaumul ‎khusus, dan shaumul khususil khusus. 

Abi Jufri menjelaskan bahwa, ketiganya bagaikan tingkatan tangga yang manarik orang berpuasa agar bisa mencapai tingkatan yang khususil khusus.

Tingkatan dalam berpuasa. Shaumul umum, shaumul ‎khusus, dan shaumul khususil khusus. Ketiganya bagaikan tingkatan tangga yang manarik orang berpuasa agar bisa mencapai tingkatan yang khususil khusus," papar Abi Jufri. 

Pertama, Puasa orang awam. Puasa orang awam adalah menahan makan dan minum dan menjaga kemaluan dari godaan syahwat.  

Tingkatan puasa ini adalah tingkatan puasa yang paling rendah, kenapa? Karena dalam puasa ini hanyalah menahan dari makan, minum, dan hubungan suami istri. 

Kalau puasanya hanya karena menahan makan dan minum serta tidak melakukan hubungan suami isteri di siang hari, maka kata Rasulullah SAW puasa orang ini termasuk puasa yang merugi yaitu berpuasa tapi tidak mendapatkan pahala melainkan sedikit. 

Hal ini lah yang diwanti-wanti oleh Rasulullah SAW dengan sabdanya: “Banyak orang berpuasa tapi tidak mendapatka pahala berpuasa, yang ia dapatkan hanya lapar dan dahaga.” terang Abi Jufri.  

Kedua, ‎Puasanya orang khusus adalah selain menahan makan dan minum serta syahwat juga menahan pendengaran, pandangan, ucapan, gerakan tangan dan kaki dari segala macam bentuk dosa. 

"Maka puasa ini sering disebutnya dengan puasa para Shalihin. Tidak akan mencapai kesempurnaan dalam tingkatan puasa kedua ini kecuali harus melewati enam hal sebagai prasayaratnya, yaitu menahan pandangan dari segala hal yang dicela dan dimakruhkan. Menjaga lidah dari perkataan yang sia-sia, berdusta, mengumpat, berkata keji, dan mengharuskan berdiam diri. Menggunakan waktu untuk berzikir kepada Allah serta membaca Al-Quran. Menjaga pendengaran dari mendengar kata-kata yang tidak baik. Mencegah anggota tubuh yang lain dari perbuatan dosa. Tidak berlebih-lebihan dalam berbuka, sampai perutnya penuh makanan. Hatinya senantiasa diliputi rasa cemas dan harap karena tidak diketahui apakah puasanya diterima atau tidak oleh Allah.

Sementara untuk tingkatan Ketiga, Puasa khususnya orang yang khusus adalah ‎puasanya hati dari kepentingan jangka pendek dan pikiran-pikiran duniawi serta menahan segala hal yang dapat memalingkan dirinya pada selain Allah SWT. Puasa khusus yang lebih khusus lagi yaitu, di samping hal di atas adalah puasa hati dari segala keinginan hina dan segala pikiran duniawi, serta mencegah memikirkan apa-apa selain Allah SWT.," demikian tausiah singkat Abi Jufri. 

Sementara Lembaga Himpunan Ukhwah Arrahmah (HUA) di ketuai Tgk. Eriza (Abi Luzy),Tgk. Ahmadi (Abi Sikureung) Wakil Ketua, Iskandar Ishak (Sekjen) dan Ibrahim, Plb (bendahara.

Adapun penasehat HUA, Tgk. H. Abdul Mannan (Abu Blangjruen), Tgk. H. Abdul Wahab (Abu Wahab Keude dua), Tgk. H. Zainal Abidin (Abi Non) dan Dr. Firman Dandy, SE, M.Si. [Redaksi]

0/Post a Comment/Comments