Ketika seorang pemimpin merasa terancam oleh suara warganya, ia sedang kehilangan dirinya sendiri. Ia mulai menutup telinga, menolak kritik, dan menganggap setiap langkah rakyat sebagai ancaman bagi posisinya. Padahal, justru dari keberanian masyarakat berbicara, seorang pejabat dapat belajar memperbaiki kekurangan yang tak pernah ia lihat sebelumnya.
Seorang pemimpin sejati tidak takut melihat rakyatnya tumbuh, cerdas, atau bersuara lebih lantang. Ia memahami bahwa kesejahteraan bangsa lahir dari kebebasan berpendapat, bukan pengekangan. Maka, saat seorang pejabat belajar merayakan kemajuan rakyatnya, ia tidak hanya menjaga martabatnya sebagai pemimpin, tetapi juga mengangkat derajat kepemimpinan itu sendiri.(*)
Posting Komentar