ACEH – Hendrika Saputra pemerhati pembangunan budaya dan olahraga Aceh yang berdomisili di Aceh timur mengatakan, Aceh memiliki dua pelabuhan besar yang dianggap sebagai aset strategis untuk masa depan ekonomi daerah, yakni Pelabuhan Sabang di Pulau Weh dan Pelabuhan Krueng Geukueh di Lhokseumawe. Keduanya memiliki keunggulan masing-masing yang bisa menjadikan Aceh sebagai pusat perdagangan regional maupun internasional.
Pelabuhan Sabang dikenal dengan statusnya sebagai free port atau pelabuhan bebas. Lokasinya yang berada di ujung barat Indonesia, tepat di jalur pelayaran internasional Selat Malaka, membuat Sabang berpotensi menjadi pelabuhan transshipment kelas dunia. Kapal-kapal besar yang melintas dapat berlabuh untuk isi logistik, bongkar muat, hingga transit internasional. Potensi ini menempatkan Sabang sejajar dengan pelabuhan besar lain di Asia Tenggara.
Sementara itu, Pelabuhan Krueng Geukueh memiliki sejarah panjang sebagai pelabuhan industri, khususnya pada masa kejayaan PT Arun LNG di Lhokseumawe. Dengan kedalaman laut yang memadai dan infrastruktur dasar yang sudah tersedia, Krueng Geukueh bisa berperan sebagai pelabuhan distribusi barang industri, ekspor-impor hasil perkebunan, perikanan, energi, hingga mendukung kawasan ekonomi khusus (KEK) Arun.
“Jika Sabang difokuskan sebagai pelabuhan internasional untuk perdagangan global, sementara Krueng Geukueh difungsikan sebagai pelabuhan industri dan distribusi regional, maka Aceh akan memiliki kekuatan ganda dalam perekonomian maritim,” ujar seorang pengamat ekonomi maritim.
Kombinasi keduanya diyakini mampu membuka lapangan kerja baru, menarik investasi, dan menjadikan Aceh sebagai pintu perdagangan strategis di Asia. Dengan dukungan kebijakan pemerintah yang konsisten, Pelabuhan Sabang dan Krueng Geukueh bisa menjadi motor penggerak kebangkitan ekonomi Aceh.(*)
Posting Komentar