Truk-truk tangki minyak sawit tergeletak dalam kondisi rusak akibat banjir di bengkel perbaikan kendaraan di Aceh Tamiang, Aceh, Senin (15/12).
KABEREH NEWS | Ulama Aceh dan Dewan Profesor Universitas Syiah Kuala meminta pemerintah pusat agar menetapkan bencana di Sumatra sebagai bencana nasional. Namun Presiden Prabowo mengklaim penanganan banjir dan longsor di Sumatra sudah "terkendali".
Seruan ulama Aceh, yang terhimpun dalam Majelis Permusyawaratan Ulama (MPU), itu dihasilkan dalam muzakarah di Banda Aceh, Minggu (14/12).
Mereka menggelar pertemuan tersebut di masjid yang dihormati oleh masyarakat Aceh, yaitu Masjid Baiturrahman.
Salah-satu rekomendasinya, MPU meminta Presiden Prabowo Subianto menetapkan banjir dan longsor Sumatra sebagai "bencana nasional".
Para ulama Aceh beralasan, status bencana nasional itu dibutuhkan segera, karena pemerintah daerah tidak mampu menanganinya.
Seruan serupa juga disuarakan Dewan Profesor Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh.
Mereka menuntut Jakarta agar segera menetapkan "status darurat bencana nasional yang komprehensif".
Untuk itulah, kata Ketua Dewan Profesor Universitas Syiah Kuala, Izarul Machdar, mereka meminta pemerintah pusat "mempercepat pembukaan jalur akses transportasi utama untuk masuknya bantuan kemanusiaan internasional".
Tuntutan serupa juga sudah disuarakan berbagai kalangan, namun sejauh ini pemerintah pusat berkukuh menolaknya.
Dalam sidang kabinet paripurna di Istana Negara, Jakarta, Senin (15/12), Presiden Prabowo menegaskan pemerintah Indonesia "mampu mengatasi" bencana di Aceh, Sumatra Utara dan Sumatra Barat.
Menurutnya, sejumlah kepala negara telah menelponnya untuk menyatakan keinginan merela memberikan bantuan untuk Sumatra.
"Saya bilang terima kasih concern Anda, kami mampu. Indonesia mampu mengatasi ini," kata Prabowo.
"Ada yang teriak-teriak ingin ini dinyatakan Bencana Nasional. Kita sudah kerahkan, ini tiga provinsi dari 38 provinsi. Jadi situasi terkendali, saya monitor terus," tambahnya.
Sampai Rabu (17/12) pagi, jumlah korban meninggal dunia di Sumbar, Sumut, dan Aceh sudah mencapai 1.053 orang. Adapun yang dinyatakan hilang 200.
Dalam situs resminya, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mengatakan, korban meninggal di Aceh 449 orang,
Di Sumatra Barat sebanyak 693 jiwa, serta 360 di Sumatra Utara.
Sejauh ini dilaporkan 146.758 rumah rusak di 52 kabupaten terdampak.
Proses pencarian dan evakuasi korban hilang masih terus dilakukan, bersamaan dengan pemulihan akses jalan yang sebelumnya terputus.
Sementara, Aceh dan Sumatra Utara telah memperpanjang status darurat bencana.
BNPB memperkirakan diperlukan anggaran sebesar Rp 51,82 triliun untuk biaya pemulihan di 52 kabupaten di tiga provinsi terdampak.
Silakan membaca artikel lengkapnya: https://www.bbc.com/indonesia/articles/cg5m2p71gpjo
Posting Komentar