Penjagaan Pemain Lawan Paling Gila Sepanjang Masa

Foto Penjagaan Paling Gila Sepanjang Masa 

Ini foto yang menggambarkan penjagaan "paling gila" yang pernah dilakukan seorang pemain belakang terhadap penyerang lawan. 

Foto ini saya ambil dari akun facebook World Football. Caption-nya berbunyi begini: 

"Tanggal 23 Juni 1985, dalam penyisihan Piala Dunia Mexico, Argentina dijamu Peru dan Diego Maradona mengalami penjagaan paling tidak masuk akal dan tak dapat ditoleransi sepanjang karirnya. 

Demi bisa menghentikan Maradona, pemain bertahan Peru, Luis Reyna, terpaksa menamparnya, menarik kaosnya, menendang pergelangan kakinya, dan terus memburu Maradona kemana pun ia berlari dengan cara yang belum pernah terjadi di lapangan sebelumnya." 

Advertising 

Kenapa sampai segitunya pemain Peru itu menjaga Maradona? Karena Maradona memang pemain terhebat sejagat zaman itu. Ia tak akan bisa dihentikan dengan penjagaan yang normal-normal saja. Dia lebih dari sekedar atlet sepakbola. Dia seorang seniman lapangan hijau yang aksi-aksinya begitu indah memukau sekaligus mematikan. 

Oleh karena itu, tak heran pemain Peru terpaksa harus melakukan segala cara agar timnya tidak leluasa diobrak abrik Maradona. 

Saya beruntung menjadi saksi perjalanan karir sang mega bintang bertubuh kecil ini. 

Tahun 86 saya berusia 10 tahun, tapi sudah mengerti sepak bola, karena memang lagi senang-senangnya main bola dengan teman-teman sebaya. 

Kebanyakan anak laki-laki masa itu memang suka sepak bola. Boleh dibilang tiada hari tanpa main bola. Entah itu di sekitaran rumah, di sekolah, di sawah yang habis panen, atau benar-benar di lapangan sepak bola yang berada agak jauh dari rumah. 

Menjelang Piala Dunia 86 Mexico, suasana demam bola sudah terasa. Sebab sebelumnya Indonesia bisa berbicara banyak di babak kualifikasi. Indonesia menjadi pemuncak di grup penyisihan awal, menyingkirkan Thailand, India, dan Bangladesh.Timnas bahkan berhasil mengalahkan Thailand 2 kali, kandang dan tandang, masing-masing 1 - 0. 

Nama para punggawa timnas pun jadi terkenal ketika itu. Antara lain tombak tajam Bambang Nurdiansyah, play maker bertenaga kuda Zulkarnain Lubis, gelandang elegan Rully Nere, dan kiper tangguh Hermansyah. 

Kiprah Indonesia akhirnya terhenti oleh Korea Selatan, satu tahap sebelum fase akhir zona Asia. Kalah di Seoul 2 - 0 dan di Jakarta 4 - 1. Korsel akhirnya lolos menjadi salah satu dari dua wakil Asia di putaran final (wakil lainnya Irak). 

Nama Maradona juga sudah santer disebut-sebut jelang piala dunia itu. Ia sedang bagus-bagusnya. Berada di usia emas, 26 tahun, dan baru saja berhasil membawa klub semenjana Napoli bersaing di papaj atas Liga Italia. Sebuah kejutan besar ketika itu, sebab Napoli yang merupakan tim gurem berhasil menyaingi klub raksasa Juventus dalam perburuan gelar. 

Saya pun familiar dengan Maradona karena rajin mengikuti kiprah mega bintang bertubuh mini itu melalui berita koran dan siaran Arena dan Juara di TVRI yang sesekali menayangkan pertandingan Napoli di Serie A. 

Saking maraknya pemberitaan tentang Maradona dan Napoli, namanya pun terkenal dan menjadi buah bibir masyarakat, termasuk anak-anak. Sampai menjadi pameo di kalangan anak-anak. Tiap ada teman yang jago bermain bola, maka akan terucap, "Wah, seperti Maradona." 

Argentina dengan Maradona pun difavoritkan publik sebagai kandidat kuat juara dunia. 

Favorit lainnya adalah Brazil dan Jerman Barat yang sama-sama punya pemain terkenal. Brazil punya Zico, Socrates, dan Careca. Sedangkan Jerman Barat membawa Karl Heinz Rummenigge, Lothar Mattheus, dan kiper nyentrik Harald Schumacher. 

Ketika putaran final piala dunia itu berlangsung, demam bola pun makin panas, karena disiarkan oleh TVRI, satu-satunya siaran TV ketika itu. Otomatis semua perhatian masyarakat tertuju pada piala dunia, karena tak ada alternatif tontonan lain. 

Saya pun demikian. Sangat antusias menonton siaran piala dunia melalui TV di rumah. Sebuah TV hitam putih 14 inci merek Telefunken. 

Tiap hari hanya satu pertandingan yang disiarkan secara langsung. Akan tetapi pertandingan lainnya ditayangkan ulang keesokan harinya, meski tidak full. Selain itu, tiap jam 21.30 setelah acara Dunia Dalam Berita, ada siaran jurnal piala dunia yang menayangkan highlight dan ulasan pertandingan. 

Prediksi khalayak ternyata tidak meleset. Argentina tampil luar biasa dan Maradona membuktikan kebintangannya. Ia bermain sangat istimewa. Pemain lain pun tampil apik menyokong sang bintang, antara lain yang saya ingat sampai sekarang, Jorge Valdano, Oscar Ruggeri, dan Jorge Burruchaga. 

Di perempat final terjadi sebuah pertandingan yang 'memorable'. Argentina berhadapan dengan Inggris dan menang 2 - 1 lewat dua gol Maradona. Keduanya gol 'istimewa'. 

Gol pertama dibuat Maradona dengan bantuan tangan, tapi tetap disahkan wasit karena tidak melihat dengan jelas kejadiannya. 

Kemudian gol kedua sebuah gol individual yang luar biasa. 

Maradona menggiring bola dari area permainan sendiri, meliuk-liuk melewati 5 pemain Inggris, kemudian mengecoh kiper Peter Shilton sebelum menjebol gawang. Maradona membuat gol solo run sejauh 68 meter. Menakjubkan. Dunia pun berdecak kagum dan "memaafkan" gol pertama Maradona yang "kotor". 

Di semi final Maradona tetap tak terbendung. Ia kembali memborong seluruh gol untuk mengandaskan tim kuda hitam Belgia 2 - 0. 

Di final, Argentina berhadapan dengan Jerman Barat. Sebuah Final ideal, sebagaimana yang banyak diprediksi dan diharapkan publik. 

Partai puncak ini berlangsung seru. Kedua tim bermain terbuka. Saling berbalas serangan. 

Argentina unggul duluan 2 - 0. Kemudian Jerman Barat menyamakan kedudukan, sebelum akhirnya Argentina mencetak gol kemenangan mendekati akhir laga. 

Meski Maradona tidak mencetak gol, tapi permainannya tetap memukau dan menginspirasi kemenangan Argentina. 

Argentina juara. Maradona mengangkat tropy piala dunia di stadion Azteca yang masih full penonton. Ia juga meraih gelar pemain terbaik turnamen dan peringkat kedua top scorer dengan raihan 5 gol (semua open play). 

Sehebat itu memang Maradona. Jadi tak salah pemain Peru sebagaimana pada foto ini mengawalnya dengan cara gila.(*)

0/Post a Comment/Comments