KABEREH NEWS | Jumat Malam 25/10/2024, Debat Pertama Cagub/Cawagub Aceh telah berlangsung di Gedung Amel Convention Hall, Kota Banda Aceh, dan disiarkan langsung oleh Kompas TV Aceh. Sehubungan dengan itu, reporter media ini telah berusaha menghubungi Prof. TM. Jamil, pengamat politik dan akademisi USK untuk meminta tanggapannya.
Ya, saya pikir debat publik para kandidat Cagub/Cawagub Aceh dalam konstestasi Pilkada Aceh 2024 itu sangat penting untuk menyampaikan visi, misi, ide dan gagasan agar publik paham dan menentukan sikap dalam pemungutan suara 27 November 2024 nanti. Rakyat sebagai pemilik suara tak ingin suaranya hilang tanpa berarti ketika salah dalam memilih. Inilah sebenarnya substansi dari debat itu, kata Prof. TM.
Lebih lanjut, Pak TM mengatakan : dalam amatan saya, debat pertama yang telah berlangsung itu belum sesuai dengan harapan masyarakat secara umum. Karena masyarakat ingin mendengarkan jika calon tersebut terpilih apa program dan solutif konkret yang akan dilakukan. Ternyata itu, sama sekali tak terjawab. Malah yang terjadi saling mencari kelemahan dan kesalahan kandidat, sehingga yang seharusnya rakyat dicerdaskan, tapi yang terjadi saling menyindir dan menohok pribadi masing-masing. Menurut saya, cara seperti ini terkesan sangat emosional dan tak dewasa dalam berpolitik, ungkap, Prof. TM.
Lebih parah lagi, para kandidat dalam bertanya atau berargumen sesama calon, mereka terpancing dengan sorakan dan tepuk tangan masing-masing pendukung. Nah, menurut saya, kondisi ini tak baik dalam perkembangan demokrasi ke depan. Masing-masing mereka merasa benar dan hebat. Padahal rakyat kita tak ingin menonton perlombaan dan saling menghujat. Sejujurnya, saya pribadi ingin berpesan kepada semuanya, cobalah lebih bijak dan dewasa dalam "berargumen," dan hindari untuk menculnya sikap "sentimen," jika hati pemilih ingin disentuh agar mereka kelak memilihnya. Hindari sikap ego sektoral. Karena dalam politik itu, sikap ego dan keangkuhan dalam berdebat, tak akan pernah menguntungkan kandidat, kata Pak TM.
Nah, saya pikir cobalah masing-masing pihak situasi yang terjadi di debat publik pertama dapat dijadikan pengalaman untuk tidak diulangi lagi dalam debat publik kedua dan ketiga nanti, jika ingin mendapatkan simpati calon pemilih, begitu pesan Prof. TM.
Akhirnya, Prof. TM, berharap sekaligus berpesan kepada semua kita, khususnya kandidat dan pendukungnya untuk dapat menjadikan arena debat sebagai wadah dalam meyakinkan calon pemilih dengan memberikan solusi yang baik dalam menata pembangunan Aceh di masa depan, ketika dia mendapatkan mandat dan amanah untk memimpin.
Sekali lagi saya katakan, jangan pernah jadikan arena debat publik untuk saling menjatuhkan. Debat di arena politik acapkali terjadi seperti itu. Dan cara seperti ini harus ditinggalkan, jika ingin menarik hati dari calon pemilih. Jika tidak, maka rasa simpati rakyat kepada kandidat akan berubah menjadi rasa antipati serta kebencian. Dan ini sangat merugikan calon, tutup Prof. TM dalam wawancara singkat kami. Semoga kami berharap publikasi ini dapat memberikan pencerahan kepada kita semua. Terimakasih, Prof. TM atas waktu dan pemikiran cerdasnya untuk ummat.(Redaksi1)
Posting Komentar