Jakarta, Kaberehnews.com - Serangan Israel ke Gaza masih terus dilakukan. Angka korban tewas juga terus bertambah melewati 36.000 jiwa.
Berikut update terbaru mengutip rangkuman CNBC Indonesia dari sejumlah sumber, Kamis (6/6/2024).
Serangan Terbaru ke Pengungsi Gaza
Israel masih terus melakukan serangan ke pengungsi Gaza. Kantor berita Wafa melaporkan serangan terbaru dilakukan Rabu ke lingkungan Remal.
Mengutip Al-Jazeera, serangan itu menargetkan sekelompok orang dan menyebabkan sedikitnya empat warga sipil tewas. Tentara Israel sendiri mengumumkan pada Rabu dini hari bahwa mereka telah melancarkan serangan militer baru di Jalur Gaza tengah, khususnya di kamp pengungsi Bureij.
Israel Bom Api Lebanon
Di sisi lain, Israel dengan Lebanon juga makin memenas di wilayah perbatasan. Tentara Israel telah mengebom pinggiran kota Kfarchouba di Lebanon selatan dengan peluru pembakar.
Kantor Berita Lebanon juga mengonfirmasi bahwa artileri Israel membombardir kota Aita al-Shaab di selatan negara itu dengan bom api. Ini menyebabkan kebakaran terjadi di hutan sekitarnya.
Serangan Israel itu terjadi pasca serangan kelompok Hizbullah dari Lebanon awal pekan lalu. Roket-roket Hizbullah menyerang perbatasan Israel yang membuat kebakaran hebat di pemukiman dan lahan di Kiryat Smona.
1 Juta Lebih Warga Gaza Terancam Kelaparan Tingkat Tertinggi
Sementara itu laporan PBB memperingatkan potensi kelaparan sangat akut di Gaza.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO) menyebut 1 juta lebih orang akan menderita "kelaparan tingkat tertinggi" pada pertengahan Juli
Jumlah tersebut merupakan peningkatan dari 677.000 orang yang mengalami kondisi tingkat kelaparan di bulan Maret, seperti yang didokumentasikan oleh Klasifikasi Fase Ketahanan Pangan Terpadu. Laporan gabungan WHO-FAO mengatakan kelaparan di Gaza diperburuk oleh pembatasan intensif terhadap akses bantuan dan runtuhnya sistem pangan lokal.
"Dengan tidak adanya penghentian permusuhan dan peningkatan akses, dampak terhadap kematian dan kehidupan warga Palestina saat ini, dan di generasi mendatang, akan meningkat secara signifikan setiap harinya," bunyi laporan itu.
"Bahkan jika kelaparan dapat dihindari dalam waktu dekat,"tambahnya.
143 dari 193 Negara PBB Akui Palestina
Perang di Gaza telah menghidupkan kembali dorongan global agar Palestina mempunyai negara sendiri. Slovenia pada hari Selasa menjadi negara terbaru yang mengakui negara Palestina, mematahkan pandangan lama negara-negara Barat bahwa "Palestina hanya bisa memperoleh status kenegaraan melalui negosiasi perdamaian dengan Israel".
Hal ini mengikuti langkah yang sama yang dilakukan minggu lalu oleh Spanyol, Irlandia dan Norwegia. Hal ini meningkatkan pengakuan keberadaan negara Palestina di PBB, di mana 146 dari 193 negara anggota mengakui keberadaan negeri itu.
Perlu diketahui pengakuan belum diberikan Amerika Serikat (AS), Kanada, sebagian besar negara Eropa Barat, Australia, Jepang, dan Korea Selatan (Korsel).
Washington misalnya, menggunakan hak vetonya di Dewan Keamanan (DK) PBB untuk mencegah upaya Palestina menjadi negara anggota penuh PBB.
'Kematian bagi Orang Arab'
Sementara itu, mengutip Al-Jazeera, ribuan warga Israel yang sebagian besar ultranasionalis berpartisipasi dalam pawai tahunan "Hari Yerusalem". Mereka melewati lingkungan padat penduduk Palestina di Yerusalem di mana beberapa di antaranya memicu ketegangan karena meneriakkan "Matilah Orang Arab."
Acara tahunan ini menandai pendudukan Israel atas Yerusalem timur, termasuk Kota Tua dan tempat sucinya yang disucikan bagi orang Yahudi, Kristen, dan Muslim, pada tahun 1967. Para pengunjuk rasa juga meneriakkan slogan-slogan anti-Muslim di luar Gerbang Damaskus, tempat berkumpulnya warga Palestina di Yerusalem timur yang diduduki.
Liga Arab Desak Setop Perang Gaza
Sementara itu, Liga Arab menyerukan penghentian segera dan permanen perang Israel di Gaza. Organisasi itu juga
menyerukan masuknya bantuan kemanusiaan dan segera memulai upaya pembangunan kembali Gaza, sambil berupaya menciptakan negara Palestina yang merdeka.
Organisasi ini mengeluarkan pernyataannya pada peringatan 57 tahun Naksa. Ini merujuk pendudukan Israel tahun 1967 di Tepi Barat, Yerusalem Timur, Jalur Gaza, serta Dataran Tinggi Golan Suriah dan Semenanjung Sinai Mesir.
"Peringatan tahun ini terjadi di tengah perang destruktif yang dilakukan Israel terhadap rakyat Palestina, khususnya di Gaza, di mana lebih dari 2,3 juta orang menjadi sasaran kejahatan perang, kejahatan terhadap kemanusiaan, dan genosida, di hadapan dunia," kata gabungan negara-negara Arab ditu dalam sebuah pernyataan, dikutip Kamis.
'Israel masih melakukan kebijakan pemukiman, pembunuhan, penangkapan, pembongkaran rumah, dan penodaan tempat suci agama di Tepi Barat yang diduduki, termasuk Yerusalem Timur," tambahnya.
"Mengecam penolakan Israel untuk mematuhi hukum dan resolusi internasional yang menuntut diakhirinya pendudukan dan penarikan diri dari seluruh wilayah Palestina dan Arab lainnya yang diduduki, dan memungkinkan pembentukan negara Palestina yang merdeka sesuai dengan resolusi internasional dan resolusi Arab tahun 2002," muatnya lagi.
Pernyataan Baru Hamas
Di sisi lain, pejabat Hamas mengeluarkan pernyataan terbaru soal perang Gaza.
Hamas mengatakan pihaknya akan merespons secara "serius dan positif" proposal gencatan senjata apa pun yang didasarkan pada penghentian total perang, penarikan total Israel dari Gaza, dan kesepakatan pertukaran tawanan Israel-Tahanan Palestina.
Pemimpin politik Hamas Ismail Haniyeh mengatakan dalam sebuah pernyataan Rabu. Bahwa kelompok tersebut akan terlibat dalam negosiasi yang "dipandu oleh sikap yang mencerminkan keinginan rakyat kami dan perlawanan mereka".
AS Warning Perang Baru Pecah
AS mendesak agar situasi perbatasan Israel dan Lebanon segera mendingin. Ini setelah Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu memperingatkan akan adanya "operasi" baru yang akan segera terjadi.
"Kami tidak ingin melihat eskalasi konflik, yang hanya akan menyebabkan korban jiwa lebih lanjut baik di pihak Israel maupun Lebanon dan akan sangat merugikan keamanan dan stabilitas Israel secara keseluruhan di kawasan tersebut," kata Juru Bicara Departemen Luar Negeri AS, Matthew Miller.
"Kami masih yakin mereka lebih memilih solusi diplomatik," tegasnya.
"Ada puluhan ribu warga Israel yang tidak dapat kembali ke rumah mereka di utara Israel karena tidak aman karena... serangan drone dan penembakan Hizbullah yang terus-menerus," ujarnya lagi.
Erdogan Teriak Solidaritas Gaza
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengatakan negaranya akan terus meneriakkan solidaritas ke Gaza. Ia ini adalah tentang "kaum tertindas dan melawan penindas".
"Merupakan tugas kemanusiaan kita kepada rakyat Palestina untuk bereaksi terhadap situasi gila ini, yang menguji kemanusiaan dan keimanan kita," kata Erdogan dikutip Anadolu.
"Mereka yang berpura-pura tuli, bisu, dan buta terhadap genosida saat ini tidak dapat menghapus tanda hitam ini seumur hidup mereka," tambahnya.
Putin Janji Turun Bantu Gaza
Presiden Rusia Vladimir Putin mengutuk konflik di Gaza sebagai "kehancuran total penduduk sipil". Dikatakannya perdamaian tidak dapat dicapai tanpa pembentukan negara Palestina yang merdeka.
Putin melontarkan komentar tersebut saat bertemu dengan editor senior dari kantor berita internasional di forum ekonomi tahunan utama Rusia di St Petersburg, Rabu. Beberapa jurnalis hadir termasuk laman AFP.
"Apa yang terjadi sekarang di Gaza sebagai respons terhadap serangan teroris terhadap Israel, tidak menyerupai perang. Ini adalah semacam kehancuran total terhadap penduduk sipil," kata Putin.
Ia menganggap status quo adalah akibat dari "kegagalan total Amerika Serikat". Ia pun berujar siap membantu menyelesaikan krisis di Gaza.
Data Terbaru Korban Tewas
Sementara itu, dalam update terbaru Kamis, setidaknya 36.586 orang tewas sejak serangan Israel ke Gaza 7 Oktober. Sebanyak 83.074 luka-luka dalam perang yang terjadi di periode yang sama.
Kementerian Kesehatan Gaza juga menambahkan bahwa 36 orang tewas dan 115 luka-luka dalam periode pelaporan 24 jam terakhir. Belum ada tanda-tanda peperangan usai.
Sumber : CNBC Indonesia
Posting Komentar