Sisi Gelap Lomba Panjat Pinang Tujuh Belasan

PANJAT PINANG selain mengabaikan Nilai-nilai Kemanusiaan juga beresiko "Membahayakan Jiwa"

Sudah terlalu banyak berita korban cidera dan nyawa melayang dalam perlombaan yang satu ini

Berbeda dengan Tarik Tambang dan Balap Karung atau Makan Kerupuk, resiko tersakiti atau cidera lebih kecil terlepas sugesti dan keseruannya didalam permainannya.

Sampai saat ini "Lomba Panjat Pinang" ini masih terus dipertahankan untuk meramaikan perayaan hari kemerdekaan Indonesia. Bagi sebagian orang, lomba panjat pinang memiliki makna gotong royong dan kerja keras demi memperoleh keberhasilan.

Menurut pendapat saya lomba panjat pinang sudah waktunya ditinggalkan atau dihapuskan. Selain karena berbahaya, perlombaan ini tidak mengajarkan nasionalisme bahkan menyimpang dari sejarah. 

"Menurut pemikiran saya, panjat pinang yang dulu dimaksudkan sebagai hiburan bagi penduduk di Hindia Belanda dengan membuat suatu jenis permainan yang melibatkan orang pribumi, telah mengalami pergeseran makna"

Kalaupun di jaman Belanda ketika itu perlombaan Panjat Pinang populer di masyarakat, pesertanya pastilah hanya orang-orang kelas Rakyat Jelata, boro-boro para Sinyo atau Mener Belanda mau terlibat, mereka akan duduk menikmati tontonan tersebut dari podium dengan jarak tertentu sambil tertawa geli menertawakan nasib Bangsa ini ketika itu.

Dan jika melihat dari sejarahnya, tidak dapat dipungkiri bahwa perlombaan ini ditujukan untuk menghibur para pejabat pemerintah kolonial Belanda (Penjajah) waktu itu.

Lloyd Bradley dalam bukunya berjudul The Rough Guide to Cult Sportmenulis "Menonton rakyat jelata saling menginjak memperebutkan hadiah yang tak mampu mereka dapatkan menjadi hiburan bagi kolonial Belanda saat itu."

So, jika sudah tau sekilas latar belakang Panjat Pinang, masih mau mengadakan atau turut terlibat memanjat?.***


0/Post a Comment/Comments