Pengamat Intelijen Amir Hamzah : Jika Ganjar Terpilih Jadi Presiden Mengarah Ke Sekularisasi


KABEREH NEWS Keputusan Ketua umum PDIP Megawati Soekarnoputri untuk menjadikan Ganjar Pranowo sebagai capres yang diusung partainya pada 2024, menimbulkan banyak spekulasi.

Ada beberapa alasan mengapa spekulasi itu muncul. Pertama, keputusan megawati itu tak lepas dari kasak kusuk Presiden Jokowi untuk mencari figur pengganti dirinya setelah masa jabatannya sebagai presiden berakhir pada Oktober 2024. Kedua karena sudah menjadi rahasia umum bahwa sejak menjadi presiden pada tahun 2014, Jokowi merupakan kepanjangan tangan oligarki yang di antaranya ada yang memiliki hubungan erat dengan Partai Komunis China.


Sehingga tak heran kalau selama Jokowi menjadi Presiden, kepentingan China di Indonesia sangat kuat. Terindikasi antara lain kepentingan ibu kota IKN di Kalimantan Timur. Proyek kereta Api Cepat Jakarta-Bandung yang biayanya membengkak menjadi Rp 100,12 T tetapi dianggap tidak bermanfaat oleh banyak pengamat dan kalangan. Dan masuknya ribuan tenaga kerja China ke Indonesia untuk bekerja di proyek-proyek dengan investor dari China.


Maka ketika Jokowi mengendors Ganjar ke Megawati dan diakomodir ketua Umum PDIP itu maka Ganjar juga diperkirakan akan menjadi kepanjangan tangan oligarki dan kepentingan China di Indonesia.


Mengutip Jakartasatu.com. Lantas, bagaimana nasib Indonesia, terutama nasib umat Islam di Indonesia, jika Ganjar terpilih jadi presiden?


“Pilpres 2024 berarti kita bicara kepentingan nasional. Pentingan dan tujuan nasional maka tentu rujukannya apa yang tertulis secara gamlang dalam mukadimah UUD’45 bagaimana pilpres menghasilkan pemimpin yang komit menjaga kedaulatan negara dari intervesi asing dll,” demikian kata pengamat kebijakan publik yang juga pengamat intelijen Amir Hamzah. Jakarta, 29/04/2023


“Kemudian bagaimana pemimpin yang hasil dari pilpres mewujudkan kesejahteraan rakyat, mencerdaskan bangsa, melindungi segenap tumpah darah Indonesia dan ikut melaksanakan kehidupan politik luar negeri yang aman dan damai. Maka di situlah kepentingan dan tujuan nasional yang harus dihasilkan dari siapa pemimpin yang terpilih,” lanjutnya


Namun kata Amir kita tidak bisa menafikan bahwa sebagai bagian dari bangsa dalam tatanan global dan tatanan internasional, sudah sejak lama pilpres di Indonesia mendapat perhatian dari kekuatan-kekuatan luar.


“Terutama yang saya lihat belakangan ini adalah dari kekuatan partai komunis China. Tentu lewat RRC-nya dan sudah sejak lama menanamkan pengaruhnya di negara kita ini dan sudah mempunyai agen-agen yang mereka tugaskan untuk memantau perkembangan Indonesia dilaporkan ke Beijing kemudian mereka akan mendapat perintah bagaimana sikap mereka terhadap Indonesia,” ungkap Amir.


Di satu sisi juga lanjut Amir, kita melihat bahwa Amerika merupakan salah satu negara yang sangat berkepentingan terhadap Indonesia, banyak perusahaan-perusaan global yang berasal dari Amerika berinvestasi di Indonesia seperti Freeport, perusahaan-perusahaan minyak dan tambang lainnya.


Dalam kerangka itu kata Amir lagi, ada kaki tangan-kaki tangan partai komunis China yang secara berkala datang ke Indonesia dan membangun komunikasi dengan kelompok-kelompok secara clandestain. Dari informasi-informasi yang dihimpun ada satu team memeprsiapkan untuk membentuk Partai Komunis Rakyat Indonesia.


“Berdasarkan pantauan beberapa kawan-kawan, kelompok ini ada beberapa orang yang sering pergi ke RRC untuk mendapatkan petunjuk langsung dari Komite Central Partai Komunis China bahkan kegiatan mereka didanai oleh China,” ungkapnya lagi.


Ia mengatakan, dari situ bisa dilihat bahwa langkah-langkah partai komunis China sangat mengharapkan agar yang menjadi Capres pengganti Pak Jokowi itu adalah Ganjar Pranowo. Dan kemudian sudah diumumkan oleh Ibu Megawati mengatakan menetapkan Ganjar sebagai kader partai dan sebagai petugas partai.


“Ini berarti bahwa jika nanti Ganjar terpilih sebagai pemimpin Indonesia tidak lebih seperti Pak Jokowi. Namun yang kita tidak tahu tugas apa yang diberikan ketua Umum PDIP kepada presiden terpilih Ganjar Pranowo,” ujarnya.


Lebih lanjut, Amir mengemukakan bahwa gerakan-gerakan anggota politik biro partai komunis China yang sering berkunjung ke Indonesia mengadakan pertemuan, terakhir pada pertengan bulan April 2023 di restoran China Food di kawasan PIK dekat kepulauan reklamasi.


“Di sana ada dua kesimpulan yang mereka rumuskan mendorong PDIP untuk menetapkan Ganjar sebagai capres dan menggagalkan pencapresan Anies Baswedan. Untuk kepentingan nasional disimpulkan untuk sementara ini bahwa pencalonan Ganjar sebagai calon presiden 2024 oleh PDIP nanti lebih bertumpu untuk melanjutkan kepentingan RRC dan di satu sisi untuk pengamanan Jokowi dan keluarganya ketika nanti Jokowi tidak presiden lagi,” tukas Amir.


“Termasuk bagaimana harus melanjutkan apa yang menjadi rencana Jokowi termasuk misalnya IKN yang masih menjadi tanda tanya di samping belakangan ini masih muncul protes dan saran agar IKN diberhentikan saja karena belum bisa direalisasikan pada 2024 karena banyak faktor,” sambungnya.


Oleh sebab itu, Pengamat Intelijen tersebut berpendapat bahwa berbagai variabel yang berkembang belakangan tentang pencalonan Ganjar tidak sesuai dengan kepentingan dan tujuan nasional yang tercantum dalam mukadimah UUD’45. Menurutnya lebih kepada kepentingan partai komunis China yang selama ini sudah menanamkan pengaruhnya. Juga hanya untuk kepentingan pengamanan Pak Jokowi dan keluarganya setelah Pak Jokowi tidak presiden lagi. Dan jaminan apa yang selama ini dicita-citakan oleh Pak Jokowi seperti proyek-proyek IKN, Kereta Api Cepat, dll.


“Ini akan menimbulkan problema baru, tetapi yang menjadi persoalan ada dua yaitu apa yang diucapkan oleh Megawati, Ganjar sebagai petugas partai maka nanti praktek ketatanegaraan kita apabila Ganjar terpilih akan mengarah kepada sekularisme dan ini tantangan kepada umat Islam,” ungkapnya.


“Apalagi dengan apa yang pernah lahir dari lingkungan PDIP bahwa PDIP tidak butuh suara umat Islam. Sering ada wacana dari PDIP akan menutup pesantren-pesantren dan lain sebagainya,” lanjutnya.


Lalu Amir menekankan aspek yang harus diperhatikan umat Islam bahwa pencalonan Ganjar ini merupakan suatu tantangan kepada Islam agar lebih sadar bagaimana umat Islam yang secara demografi merupakan mayoritas, tapi ekonomi dan politik minoritas selama kepemimpinan Pak Jokowi.


“Belum lagi dengan variabel-variabel lain moderasi agama, ini adalah usaha-usaha tangan-tangan di balik layar yang sebenarnya untuk marginalisasi Islam atau menjauhkan Islam dari ketentuan-ketentuan Tauhid,” jelasnya.


Menurut Amir, yang harus dilakukan umat Islam saat ini merapatkan barisan dengan memilih capres yang dapat menjalankan amanat Undang-undang Dasar 1945. Terutama dalam hal tujuan berbangsa dan bernegara dan yang dapat mengamalkan butir-butir pancasila secara murni dan konsekuen.


Amir juga menyarankan agar umat Islam jangan golput.[]


Sumber : Jakartasatu.com

0/Post a Comment/Comments