Norak, Iklan Nobar Timnas Dibajak Gerombolan Pejabat Numpang Tenar

Poster Nobar Sandiaga Uno

"Norak, Iklan Nobar Timnas Dibajak Gerombolan Pejabat Numpang Tenar"

Oleh: WA Wicaksono, Storyteller, Analis iklan dan pencitraan

Benar, bahwa olahraga memang bisa menjadi media pemersatu dan pembangun nasionalisme yang ampuh dan mumpuni. Tentu saja asalkan berprestasi dan menang. Jika kalah sih, bisa langung berubah drastis. Bisa menjelma sebagai ajang saling menyalahkan, ejekan, olok-olok, hujatan bahkan kecaman.

Euforia yang penuh nasionalisme dan patriotisme segera bergolak ketika tim nasional meraih kemenangan yang membanggakan. Sang atlet dan seluruh tim pendukungnya segera dielu-elukan, dipuja-puji dan disambut layaknya pahlawan yang gagah dan membanggakan.

Karena itulah, popularitas prestasi dan kemenangan atlet di kancah internasional sering ditunggangi oleh oknum-oknum pejabat yang mendompleng ketenaran dan menjadi kendaraan agar ikut terkenal.

klik link untuk nonton video lengkap; https://jakartasatu.com/wp-content/uploads/2024/04/tiktok@ipontianak.mp4

Lihat saja dengan yang saat ini tengah terjadi. Saat Timnas Indonesia berhasil mencetak sejarah dengan kesuksesannya untuk melaju ke semifinal Piala Asia U-23 2024 untuk yang pertama kalinya, segera banyak gerombolan pejabat yang membajaknya untuk menumpang mendapatkan ketenaran. 

Sepertinya banyak alasan bagi gerombolan pejabat dan tokoh-tokoh tersebut untuk tidak menyia-nyiakan momen tersebut. Ada yang menabung popularitas untuk berkontestasi pada Pilkada yang akan digelar, ada yang ingin memperkuat kesan positif dan citra sebagai pejabat yang peduli olahraga, ada yang ingin memperkuat dukungan masyarakat dan banyak alasan-alasan lainnya.

Tentu saja sebenarnya mendompleng ketenaran ini bisa dilakukan dengan elegan. Misalnya menggalang dana untuk apresiasi terhadap para atlet yang berprestasi, mendukung pelatihan dan masa depan mereka, memfasilitasi masyarakat untuk menonton kiprah mereka dan banyak aksi-aksi lainnya yang elegan dan berkelas.

Sayangnya banyak gerombolan pejabat yang memilih jalan pintas dan sekaligus norak. Tanpa malu mereka memanfaatkan strategi “aji mumpung”. Mulai dari iklan ucapan selamat (congratulation ad), iklan dukungan, iklan apresiasi, umbar komentar dan testimoni, sampai iklan ajakan nonton bareng (nobar) pertandingan semifinal Piala Asia U-23 2024 antara timnas Indonesia melawan Timnas Uzbekistan pun tak segan dieksploitasi. 

Di sela-sela iklan ajakan untuk memberikan dukungan dengan nonton bareng pertandingan tersebut, selalu saja muncul foto-foto pejabat yang norak tersebut. Bahkan banyak diantaranya yang foto-foto dari atlet yang berlaga, jauh lebih kecil atau terpinggirkan dan justru didominasi oleh foto-foto gerombolan pejabat tersebut.
Untungnya di era sosial media sekarang, masyarakat telah memiliki kekritisan yang tinggi.

Sontak iklan-iklan ajakan nobar yang didominasi foto-foto gerombolan pejabat tersebut mendapatkan nyinyiran yang satir bahkan pedas dari warganet yang ada. Alhasil bukanlah citra positif yang mereka dapatkan, melainkan justru citra negatif yang dituai. Iklan-ikla poster nobar yang didominasi oleh foto gerombolan pejabat tersebut dicibir sebagai iklan norak, tak tahu malu, pansos, jadul, serakah, culas, rampok, begal dan banyak ungkapan negatif lainnya.

Dus, di era disrupsi teknologi informasi dan hegemoni sosial media sekarang ini, strategi mendompleng popularitas yang dilakukan oleh para tokoh perlu diubah dengan inovasi-inovasi kreatif baru yang halus dan tak terasa norak.
Salah satu contoh inovasi kreatif tersebut berhasil ditunjukkan dalam iklan poster ajakan nobar dari Kemenparekraf. Dalam poster tersebut tidak ditampilkan foto Sandiaga S. Uno sama sekali.

Namun justru iklan poster tersebut yang mampu tampil out of the box dan stand out dibandingkan guyuran iklan-iklan poster gerombolan pejabat lainnya. Ketidakmunculan Sandi dalam iklan poster tersebut justru menjadi keunikan tersendiri ketika melalui akun sosmednya, Sandi mampu menjadikan posternya sebagai sindiran, bagi poster-poster nobar lainnya yang didominasi dengan foto-foto pejabat yang membuatnya.

“Foto sayanya mana…?? Pelanggaran ini ga ada foto pejabatnya :((” tulis Sandi yang berhasil menjadikan iklan posternya berhasil stand out, viral dan mencuri simpati warganet.

Semoga saja inovasi kreatif kecil dari Sandi ini, mampu menginspirasi gerombolan-gerombolan pejabat lainnya agar tidak lagi membudayakan membajak popularitas atlet berprestasi dengan cara-cara yang norak. Tabik.(*)

Sumber artikel by jakartasatu.com

0/Post a Comment/Comments